Cari Blog Ini

Minggu, 02 Mei 2010

yang terlupakan dari ki hajar dewantara


YANG TERLUPAKAN Dari KI HAJAR DEWANTARA

 

Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional semua orang Indonesia sudah tahu. Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional semua orang juga sudah tahu. Kalau masih ada orang yang tidak tahu, pasti ketika lulus sekolah, saat ujian beli bocoran jawaban :)

 

Tapi adakah yang tahu ajaran Ki Hajar Dewantara?

Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

Yap betul! Tapi apakah semua tahu maksud dari kalimat filosofi ini?

 

Kali ini aku tidak akan membahas soal Tut Wuri itu, tetapi ada satu konsep dari Ki Hajar Dewantara yang terlupakan. Ki Hajar pernah melontarkan konsep belajar 3 dinding.

 

Mengapa 3 dinding?  Kalau kita mengingat masa lalu ketika masih di bangku sekolah, bentuk ruang kelas kita rata-rata adalah persegi empat. Nah, Ki Hajar menyarankan ruang kelas itu hanya dibangun 3 sisi dinding saja. Ada satu sisi yang terbuka.

 

Konsep ini bukan main-main filosofinya. Dengan ada satu dinding yang terbuka, maka seolah hendak menegaskan tidak ada batas atau jarak antara di dalam kelas dengan realita di luar.

 

Coba bandingkan dengan bentuk kelas kita dulu saat kecil. Empat dinding tembok, dengan jendela tinggi-tinggi, sehingga kita yang masih kecil tidak bisa melihat keluar. Lalu biasanya di dinding digantungi foto-foto pahlawan perang yang angker-angker, dari Pattimura, Teuku Umar, Diponegoro sampai Sultan Hasanudin. Jarang sekali ada yang memasang foto pujangga masa lalu seperti Buya Hamka, Ranggawarsito, Marah Rusli, dll. Paling-paling pujangga yang sempat diingat anak-anak SD adalah WR Supratman.

 

Dulu mungkin alasannya agar anak-anak tetap fokus pada guru di depan, matanya tidak ke mana-mana. Tapi sebenarnya sebuah bangunan berdiri, sadar atau tidak sadar, mencerminkan bagaimana cara berpikir si arsitek atau si pemilik. Dengan ruang kelas sekolah kita, seolah menegaskan bahwa sekolah adalah sekolah, dunia adalah dunia. Semuanya terpisah. Murid kewajibannya hanya belajar teori.

 

Akibatnya sampai sekarang…banyak anak pandai tapi tidak dapat berbuat apa-apa selepas lulus.

 

Sekarang, di beberapa sekolah favorit , terutama yang memakai kurikulum internasional mengakomodasi soal kesenjangan dunia kelas dengan dunia luar ini. Mereka ini biasanya mengajak murid-muridnya dengan acara-acara : mini trip, outbound, jalan-jalan, dan sebagainya.

 

Saya yakin seratus persen, bila pengajar di sekolah internasional itu mengadaptasi soal jalan-jalan ke luar kelas ini berdasarkan kurikulum dari luar negeri, bukan dari konsep Ki Hajar. Artinya , kemajuan pendidikan di luar negeri pun sudah mempertemukan teori (kelas) dengan realitas. Konsep yang digaungkan oleh Ki Hajar, hampir seabad yang lalu.

 

Ironis. Sekarang orang lebih getol atau lebih percaya belajar dari orang luar (negeri), namun lupa atau tidak mau belajar dari bangsa sendiri.

 

Konsep menyatunya kelas tempat belajar dengan realitas yang ditawarkan Ki Hajar , mungkin memang bukan orisinil dari Beliau. Mungkin konsep ini sudah ada sebelumnya Ki Hajar hidup. Namun ketika Ki Hajar merumuskan konsep ini dengan istilah 3 dinding, menunjukkan betapa luasnya wawasan Beliau dan mampu mengadaptasi konsep tersebut dalam budaya Indonesia.

 

Selamat Hari Pendidikan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar